MEKANISME REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK SN2
Halooo Generasi Milenial!!!
Kita
berjumpa lagi di blog KIMIA ORGANIK II ini dengan materi yang lebih panas, yang
pastinya akan menambah wawasan teman-teman sekalian. Adapun materi yang akan
kita bahas mengenai “MEKANISME REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK SN2”. Adapun
pengertian dari reaksi substitusi yaitu jenis reaksi kimia dimana atom atau
kelompok fungsional suatu molekul digantikan oleh atom atau kelompok fungsional
lain. Reaksi substitusi disebut juga reaksi perpindahan tunggal, reaksi
penggantian tunggal, atau reaksi substitusi tinggal. Contoh: CH3Cl yang direaksikan dengan ion hidroksi (OH-)
akan menghasilkan CH3OH dan klor. Reaksi substitusi ini menggantikan
atom klor pada molekul aslinya dengan ion hidroksi.
Reaksi substitusi nukleofilik itu sendiri terjadi ketika
spesies kaya elektron, nukleofil ,
bereaksi pada atom C jenuh
elektrofilik yang terikat pada gugus elektronegatif (penting), gugus lepas , yang dapat
dipindahkan. Dalam mekanisme S N 2, nukleofil
menyerang substrat dan gugus keluar, L, berangkat secara bersamaan. Reaksi
terjadi dalam satu tahap dan oleh karena itu digabungkan. Substrat
dan nukleofil keduanya ada dalam keadaan transisi untuk langkah ini. Karena
dua molekul hadir dalam keadaan transisi, reaksinya adalah bimolekuler, seperti yang ditunjukkan oleh angka 2
di S N2 .
Akibatnya, laju reaksi bergantung pada konsentrasi nukleofil dan substrat. Jika
konsentrasi substrat digandakan, laju reaksi menjadi dua kali lipat. Demikian
pula, jika konsentrasi nukleofil dilipatgandakan, kecepatannya kembali berlipat
ganda. Hubungan antara laju dan konsentrasi reaktan ini ada karena reaktan
harus bertabrakan dalam langkah penentu laju agar reaksi terjadi. Probabilitas
nukleofil akan bertabrakan dengan substrat meningkat jika konsentrasi salah
satu atau kedua spesies meningkat.
Mari kita pertimbangkan reaksi S N 2 dari ion
hidroksida dengan klorometana menghasilkan ion metanol dan klorida. Reaksi ini
ditunjukkan dengan diagram energi pada Gambar
7.1.
Dalam plot ini,
keadaan transisi, yang terjadi pada titik energi tertinggi, mengandung ion
hidroksida dan substrat. Ketika reaksi berlangsung melalui keadaan transisi,
ikatan antara karbon dan ion hidroksida terbentuk dan ikatan antara karbon dan
klor putus. Laju reaksi haloalkana melalui mekanisme S N 2 menurun dalam
urutan primer > sekunder >> tersier.
Kecenderungan ini diamati karena gugus alkil menghalangi pendekatan nukleofil
dan memperlambat laju reaksi Gambar 7.2.
Kerumunan gugus alkil di sekitar atom karbon reaktif disebut halangan sterik.
PERMASALAHAN :
- Bagaimana terjadinya reaksi substitusi nukleofilik ?
- Apa yang akan terjadi apabila reaksi berlangsung melalui keadaan transisi ?
- Jelaskan hubungan antara laju dan konsentrasi reaktan pada reaksi substitusi nukleofilik !
Nama Qusayri al farisi tambunan
BalasHapusNim A1C119038
Saya akan menjawab pertanyaan No 2
Pada keadaan transisi, nukleofilik dan gugus pergi keduanya terikat secara parsial pada karbon tempat berlangsungnya reaksi substitusi. Saat gugus pergi lepas dari karbon dengan sepasang elektron bebasnya, nukleofilik memberikan sepasang elektron lain pada atom karbon.
Baiklah elisa saya Sayida Harahap, Nim A1C119088, mau menjawab permasalahan nomor 1.
BalasHapusReaksi substitusi nukleofilik itu sendiri terjadi ketika spesies kaya elektron, nukleofil , bereaksi pada atom C jenuh elektrofilik yang terikat pada gugus elektronegatif (penting), gugus lepas , yang dapat dipindahkan. Sekian, semoga membantu😊
Saya Indah Triana Rezky A1C119025 akan menjawab permasalahan no 3 pada blog ini.
BalasHapusJika konsentrasi substrat digandakan, laju reaksi menjadi dua kali lipat. Demikian pula, jika konsentrasi nukleofil dilipatgandakan, kecepatannya kembali berlipat ganda. Hubungan antara laju dan konsentrasi reaktan ini ada karena reaktan harus bertabrakan dalam langkah penentu laju agar reaksi terjadi. Probabilitas nukleofil akan bertabrakan dengan substrat meningkat jika konsentrasi salah satu atau kedua spesies meningkat.
terimakasih...